Image

Image
LineAge II

Senin, 01 Agustus 2011

LineAge II Story

Prologue: By the Bonfire
Dimulai di sebuah hutan, ketika sekelompok pengelana mendirikan kemah dan memasang api unggun untuk menghangatkan badan. Tiba-tiba muncul seseornag berkerudung. Dia datang dan langsung duduk di dekat api, menarik nafas panjang, menghisap rokoknya, dan menghembuskannya dengan pelan. Samar-samar, karena sebagian besar wajahnya tertutup asap tebal, kerudung kepala, dan hanya kegelapan pekat terlihat di belakang tubuhnya. Dalam suasana yang suram, mustahil untuk bisa melihat penampilan orang ini. Dia mengenalkan dirinya sebagai seorang penyair meskipun tidak ada yang mempercayainya, kontras dengan suaranya yang serak dan kasar dan semua orang percaya bahwa dia berjalan di dalam hutan yang berbahaya itu sendirian. Akan tetapi, dia menawarkan cerita, dengan imbalan makanan dan kehangatan api unggun.

Chapter 1: Genesis
Berlanjut dengan dongeng si penyair, sebuah cerita mengenai mereka yang disebut dengan dewa.
Pada zaman dahulu, hanya terdapat globe. Globe tersebut berbentuk besar dan kecil, satunya berwarna gelap dan satunya terang. Tidak ada benda lain, yang ada hanya kekosongan.
Ratusan juta tahun kemudian, globe mulai berkembang dan akhirnya dua kekuatan terbentuk dari dalam. Seiring mereka berkembang, kekuatan tersebut menghasilkan kesadaran dan ego yang terpisah menjadi cahaya dan kegelapan. Cahaya mewujudkan dirinya dalam bentuk wanita yang menyebut dirinya Einhasad. Kegelapan mewujudkan diri dalam bentuk yang menyebut dirinya Gran Kain. Keduanya menjadi tanda diawalinya penciptaan makhluk di alam semesta.
Einhasad dan Gran Kain menyatukan kekuatan mereka dan menghancurkan globe berkeping-keping. Beberapa potongannya terbang dan berubah menjadi Langit, beberapa jatuh ke tanah dan menjadi Tanah. Antara Langit dan Tanah terdapat Air, dan beberapa bagian Tanah mulai timbul menjadi Daratan.
Roh globe, Ether, ikut terpisah saat hancurnya globe. Itu memicu munculnya bermacam binatang dan tumbuhan, termasuk juga para raksasa, yang menjadi ciptaan terbaik. Mereka juga disebut Wise Ones, karena kecerdasan dan tubuh yang kuat. Karena keyakinannya pada Einhasad dan Gran Kain, para raksasa ditunjuk sebagai penguasa semua makhluk hidup. Semua itu terjadi sebelum apa yang disebut kematian dan surga eksis.
Einhasad dan Gran Kain melahirkan banyak dewa lainnya. Lima anak pertama diberi kekuatan menguasai bumi. Putri tertua, Shilen, menguasai air. Putra tertua, Paagrio, mengendalikan api, dan putri kedua, Maphr, mengendalikan tanah. Putra keduanya, Sayha, menjadi penguasa angin. Sedangkan si bungsu, Eva, karena tidak ada elemen alam yang tersisa, dia memilih untuk berkuasa atas puisi dan musik.

Chapter 2: Creation of Races
Sementara dewa lain sibuk dengan kewajiban mereka, Eva justru menghabiskan waktu menulis puisi dan mengiringinya dengan musik. Itu menandai era para dewa dan tidak ada satupun tempat di bumi yang asing di mata dewa.
Einhasad, yang menjadi dewi ciptaan, menciptakan dengan spirit-nya sendiri. Sementara anak-anaknya, menciptakan kekuatan mereka untuk meciptakan kehidupan dari ciptaan Einhasad.
Seperti Shilen yang menanamkan spirit air pada bentuk pertama yang diciptakan Einhasad, dan itu menjadi ras elv. Paagrio menanamkan spirit api pada bentuk kedua yang diciptakan Einhasad, dan itu menjadi ras orc. Maphr menanamkan spirit tanah pada bentuk ketiga, dan itu menjadi ras dwarve. Sayha menanamkan spirit angin pada bentuk keempat, dan itu menjadi ras arteia.
Gran Kain, yang menjadi dewa kehancuran merasa iri melihat ciptaan Einhasad. Dia meniru tindakan Einhasad dan menciptakan bentuk yang serupa dengan dirinya. Kemudian dia menemui Shilen, dan memintanya menanamkan spirit ke dalam bentuk tersebut. Shilen terkejut, karena yang bertanggung jawab pada penciptaan makhluk hidup adalah ibunya, dan makhluk yang mendapat kehidupan dari dewa kehancuran hanya akan membawa bencana.
Karena terus memaksa, Shilen pun memberikan spirit pada ciptaan ayahnya. Dan spirit yang ditanamkan adalah spirit air kotor, karena spirit air sebelumnya telah diberikan pada ciptaan ibunya.
Akan tetapi, Gran Kain merasa belum cukup hanya memberikan satu spirit pada ciptaanya. Jadi dia mendatangi Paagrio. Seperti Shilen, Paagrio juga memperingatkan ayahnya akan bencana yang mungkin timbul. Namum Paagrio tidak bisa menolak ayahnya, dan memberikan spirit api yang hampir padam.
Maphr pun memohon pada ayahnya agar tidak meneruskan ciptaannya, meskipun akhirnya dia juga memberikan spirit tanah tandus pada ayahnya. Demikian juga dengan Sayha, yang memberikan spirit angin yang bertiup kencang.
Merasa puas, Gran Kain mengumpulkan semua spirit yang dia terima, dan berpikir bahwa makhluk yang diciptakan serupa dengan dirinya dan lima spirit tersebut pasti akan lebih kuat dan cerdas daripada giant. Bahkan akan menggantikan giant memerintah dunia.
Akan tetapi hasilnya sungguh di luar dugaan. Makhluk ciptaannya ternyata lemah, bodoh, licik dan pengecut. Dewa-dewa lain memandang rendah makhluk ciptaan Gran Kain. Merasa malu dengan kegagalannya, Gran Kain membuang ciptaannya tersebut dan dia bersembunyi sampai waktu yang lama. Makhluk ciptaannya tersebut akhirnya disebut dengan human.
Ras elv bijaksana dan mahir menggunakan magic. Namum mereka tidak sebijaksana giant. Oleh karena itu, giant menunjuk elv untuk menangani masalah politik dan aktivitas yang berhubungan dengan magic.
Ras orc dikenal kuat. Mereka memiliki kekuatan tak terbatas dan kemauan yang keras. Akan tetapi juga tetap tidak sekuat giant. Oleh karena itu, giant menunjuk orc menjadi ujung tombak dalam peperangan.
Ras dwarve cukup terampil, ahli mesin yang handal, serta menguasai ilmu hitung. Karena itu giant menunjuk mereka menangani masalah yang berhubungan dengan penyimpanan uang dan pekerjaan manufaktur.
Sedangkan ras bersayap arteia menyukai kebebasan dan memiliki ras ingin tahu yang tinggi. Mereka sering terbang jauh ke ujung dunia. Karena jika dikurung dalam sangkar ras arteia akan tewas, tidak ada pilihan bagi giant untuk membiarkan arteia terbang bebas. Walau bebas dari tanggung jawab, terkadang arteia mengunjungi giant untuk mengabarkan berita dari bagian lain dunia.
Human tidak memiliki keahlian, atau melakukan apa pun yang lebih baik dari ras lain. Karena itu human menjadi budak giant untuk melakukan pekerjaan kasar. Human dianggap tidak lebih daripada binatang.

Chapter 3: War of the Gods
Setelah kegagalannya menciptakan makhluk yang lebih baik dari Einhasad. Gran Kain tidak banyak terdengar kabarnya. Meskipun begitu, dia tetap dianggap sebagai dewa yang bebas. Bagaimana pun, kebebasan itu pun juga dikotori olehnya. Dia membuat kesalahan besar karena berhubungan dengan Shilen, putri tertuanya. Tanpa sepengetahuan Einhasad mereka berhubungan, sampai akhirnya Shilen menjadi hamil. Ketika Einhasad mengetahui hal itu, dia menjadi murka. Einhasad langsung melepas putrinya dari posisi dewa air, dan mengusir Shilen. Ternyata Gran Kain tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, dan Shilen terpaksa menghadapi takdir itu seorang diri.
Selama hamil, Shilen kabur ke Timur, dan dia menetap di tengah-tengah dark forest. Di sana dia melahirkan anaknya sambil mengutuk Einhasad dan Gran Kain dengan setiap rasa sakit yang terasa selama melahirkan.
Bayi yang lahir diikuti dengan rasa kebencian dan amarah Shilen pada kedua orang tuanya, tersebut berubah menjadi demon. Diantara bayi-bayinya tersebut, makhluk terkuat disebut dengan 'dragon'.
Total ada 6 dragon yang lahir bersama kutukan yang ditujukan pada 6 dewa. Jiwa Shilen yang dipenuhi kemarahan kepada Einhasad yang membuangnya, dan kepada Gran Kain yang tidak bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan kepadanya. Mengumpulka kekuatan dari anak-anaknya, dia menciptakan pasukan untuk menghukum para dewa.
Dragon terkuat ditempatkan di barisan terdepan pasukan demon untuk bertarung melawan dewa. Mendengar hal itu, Aulakiria, dragon of light, mencoba menyadarkan ibunya di saat terakhir sebelum pasukan tersebut berangkat. Namum permohonan dragon of light agar ibunya membatalkan peperangan itu tidak mengubah pendirian Shilen.
Akhirnya, demon menyerang tempat kediaman para dewa dan pertempuran sengit pun dimulai. 6 dragon membawa kehancuran di kediaman dewa. Bahkan para dewa merasa takut dengan kekuatan para dragon.
Peperangan itu seakan akan berlangsung tanpa henti. Namum jika tidak dihentikan, dunia pasti akan musnah, termasuk semua makhluk hidup yang ada.
Tak terhitung prajurit dewa dan demon yang hancur. Setiap hari selalu terlihat kilatan dan suara guntur, seiring kekuatan besar di langit beradu. Jelas itu membuat giant dan ras lain di bumi bergetar melihat pertarungan dahsyat tersebut.
Peperangan itu berlangsung sampai beberapa tahun, sampai akhirnya terlihat mana pihak yang lebih unggul. Meskipun menderita banyak luka, Einhasad dan Gran Kain, memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan para demon.
Dragon terus bertarung, meskipun mereka juga terluka parah. Lambat laun rasa sakit akibat luka yang mereka derita makin nyata. Mulai terlihat bahwa pasukan Shilen terdesak. Pada akhirnya, dragon mengembangkan sayap dan melarikan diri. Para demon yang tersisa pun mengikutinya. Para dewa ingin memburu pasukan musuh yang melarikan diri, namum karena luka yang mereka derita, mereka hanya bisa melihat kepergian dragon dan demon.
Sedih karena kehilangan hampir semua anaknya, dia memilih menciptakan Underworld dan menjadi penguasa di sana.

Chapter 4: The Great Flood
Setelah kepergian Shilen, Eva mendapatkan posisi sebagai penguasa air. Namum karena Eva memiliki sifat penakut dan setelah melihat bagaimana nasib kakaknya serta perang antara dewa, dia menjadi lebih takut lagi. Untuk menghindari tanggung jawab berat yang mungkin nanti dibebankan kepadanya, dia menggali terowongan di dasar danau dan bersembunyi di sana.
Ditelantarkan Eva, spirit air tidak terkendali dan mulai berjalan tanpa tujuan. Keadaan itu berlangsung terus-menerus, sampai akhirnya terlalu banyak air yang mengalir ke satu tempat dan membentuk rawa yang sangat luas. Mengumpulnya air di satu tempat memicu timbulnya keadaan gersang dan tandus, yang disebut dengan gurun di tempat lain. Tidak jarang, ada bagian benua yang tiba-tiba tenggelam atau pulau baru yang muncul begitu saja. Di tempat lain, hujan bisa turun berhari-hari tanpa henti sampai semua bagian daratan, kecuali puncak gunung terbenam.
Bencana itu berlangsung lama, membuat banyak makhluk hidup menderita. Setiap kali ditemukan daratan yang masih mengintip di atas air, semua makhluk berbondong-bondong pindah ke sana, tidak jarang itu menimbulkan kekacauan karena mereka saling berebut daratan tersebut. Tidak hanya di daratan saja, makhluk yang berada di laut pun juga menderita. Atas nama semua makhluk hidup di bumi, giant meminta bantuan para dewa.
Einhasad dan Gran Kain mencari Eva, yang bertanggung jawab atas air sampai berhasil menemukannya di dalam danau di mana Eva bersembunyi. Einhasad marah besar karena Eva menghancurkan benua yang diciptakannya. Bahkan karena banjir besar, tak terhitung giant dan makhluk hidup yang bermigrasi ke dunia Shilen. Itu menambah kedengkian Einhasad kepada Shilen.
Ketakutan, Eva menyerah dan meminta maaf pada ibunya. Ketika Eva menjalankan kembali tugasnya mengatur air, bencana banjir mulai berhenti. Walaupun demikian, mustahil memulihkan keadaan benua yang sudah hancur.

Chapter 5: Challenge of the Giants
Giant mulai melabuhkan rasa ragu dalam hatinya. Mulai dari Gran Kain yang telah membuktikan kebodohannya dengan menciptakan makhluk yang mereka anggap rendah, yaitu manusia. Ditambah lagi, akibat perbuatan kotor Gran Kain pada putrinya dan rasa iri hati Einhasad, akhirnya muncul The Underworld dan beragam demon eksis. Juga karena kelemahan dan ketidakmampuan Eva, benua di mana mereka hidup juga hancur. Bibit keraguan itu mulai tumbuh dan terus mengakar dalam benak para giant. Apakah dewa seperti itu layak untuk disembah?
Giant mampu mengendarai kereta perang yang mereka buat sendiri dan bebas keluar-masuk kediaman dewa. Mereka juga bisa menggunakan magic untuk mengangkat pulau dan tinggal di langit seperti dewa. Bahkan mereka juga bisa memperpanjang hidup seakan-akan mereka bisa hidup abadi. Giant mulai berpikir bahwa kekuatan mereka setara dengan dewa. Merasa memiliki kebijaksanaan yang lebih baik dari dewa, mereka mulai menjadi sombong.
Giant pun mulai ingin menjadi dewa. Mereka memulainya dengan memodifikasi makhluk hidup untuk menciptakan makhluk hidup jenis baru. Giant menggunakan magic untuk membuat keajaiban ilmu pengetahuan tersebut bisa mungkin terjadi. Mabuk akan kekuatan, giant juga mulai membentuk pasukan untuk melawan dewa, meskipun mereka sadar bahwa sebelumnya Shilen, 6 dragon, dan demon gagal menggulingkan kekuasaan para dewa.
Para dewa melihat persiapan perang yang dilakukan giant, dan marah. Einhasad pun bersumpah akan menghancurkan semua giant, benua yang telah diciptakannya, bahkan seluruh dunia. Gran Kain mencoba mengikuti keinginan istrinya, dan ia berusaha mengambil perannya sebagai dewa kehancuran. Namum Gran Kain tidak setuju jika Einhasad berniat menghancurkan benua dan seluruh dunia.
Einhasad setuju dengan Gran Kain, namum ia tetap harus menghancurkan giant. Untuk itu, Einhasad meminjam palu Gran Kain, yang disebut Hammer of Despair. Karena kekuatan penghancurnya yang besar, bahkan Gran Kain tidak pernah menggunakan senjata tersebut. Einhasad menjadi dewa pertama yang menggunakan palu tersebut, dan digunakan untuk menghancurkan para giant.

Chapter 6: The End of Ages
Baru ketika hujan api turun dari langit, para giant menyadari kesalahan terbesar yang telah mereka lakukan.Tahu akan ancaman Hammer of Despair,para giant mengabungkan kekuatan,berharap mereka bisa menangkis hantaman senjata tersebut.namun meskipun dengan gabungan kekuatan tersebut, Hammer of Despair tetap tidak terbendung.
Satu pukulan dari senjata terkuat Grain kain itu sudah cukup untuk menghancurkan kota terbesar di dunia,dan tak terhitung berapa banyak giant dan ras lainnya yang hancur karenanya. Sebuah lubang yang sangat luas tersisa, dan dihiasi dengan tanah yang bergelombang di sekitar lubang, menjadi bekas hantaman Hammer of Despair. Pada akhirnya, hampir semua giant musnah.
Para giant yang berhasil bertahan hidup melarikan diri ke Timur untuk menghindari kemarahan Einhasad. Rute pelarian mereka sama seperti pelarian Shilen ketika diusir oleh Einhasad. Belum puas, Einhasad terus memburu mereka dan membakar para giant satu demi satu sampai mati dengan kilatan petir. Giant yang tersisa, ketakutan dan memohon ampun pada Gran Kain, mengingatkan dewa tersebut bahwa mereka juga tercipta dari Globe yang sama dengan Gran Kain dan Einhasad.
Mereka berharap pada Gran Kain, karena hanya dia yang memiliki posisi dan kekuatan sama dengan Einhasad. Mendengar rintihan dan permohonan giant, Gran Kain kasihan dan merasa bahwa para giant sudah cukup menderita akibat kesalahan yang mereka lakukan. Dia kemudian mengangkat banyak air dari laut selatan untuk menghalangi langkah Einhasad.
Einhasad makin marah karena ada yang berusaha menghalanginya. Karena melihat penghalang itu air, dia pun segera memerintahkan Eva untuk menyingkirkan air yang menghalangi jalannya, dengan ancaman jika tidak dilakukan, Eva pasti akan bernasib sama dengan Shilen. Untuk kedua kalinya para giant memohon pada Gran Kain, dan kini dia mengangkat tanah dimana giant berpijak, sehingga sebuah bukit yang besar menghalangi langkah Einhasad.
Makin marah, Einhasad pun segera meminta Maphr untuk membuka jalan baginya. Sebelum Maphr melakukan itu, Gran Kain muncul dan berusaha menyadarkan istrinya. Menjelaskan padanya, bahwa giant yang dulu penguasa Bumi, hampir musnah, ketakutan bersembunyi di tempat terpencil yang tandus. Itu sudah cukup menjadi hukuman bagi para giant. Merasa Gran Kain memiliki kekuatan dan posisi yang sama dengan dirinya, Einhasad menghentikan buruannya dan kembali ke kediaman para dewa.
Setelah kejadian itu, Einhasad tidak pernah lagi menyinggung akan apa yang pernah terjadi di Bumi, karena ia kecewa dengan semua makhluk yang pernah dia ciptakan di Bumi. Gran Kain juga setuju dengan keputusan istrinya, untuk tidak pernah lagi menampakkan diri di Bumi. Kejadian itu menjadi awal berakhirnya era dewa-dewa di Bumi.

Chapter 7: Return to the Campfire
Kembali pada penyair, para pengelana yang mendengar cerita tersebut sempat terpikat, namum juga terkadang ragu, karena apa yang disampaikan pengelana tersebut berbeda dengan apa yang selama mereka ketahui mengenai sejarah dunia. Meskipun ragu, namum para pengelana tidak ada yang menyanggah sang penyair.
Penyair itu tahu akan keraguan mereka yang mendengar ceritanya, dia menegaskan bahwa sejarah dunia yang dikenal manusia saat itu diberitakan oleh para priest, dan mereka sama sekali tidak berhubungan dengan dewa-dewa. Sejarah dunia, dan sejarah manusia yang sampai saat ini dipercaya oleh penduduk dunia Lineage II, dimulai setelah keputusan para dewa menjauh dari Bumi yang mereka ciptakan.

Chapter 8: The Aftermath
Dunia menjadi penuh dengan kekacauan setelah menghilangnya para giant. Membiasakan diri dengan peran yang biasa dilakukan para giant, elv, dark elv, dwarve, dan human menghadapi kenyataan yang keras hanya untuk mempertahankan hidup mereka. Di atas perubahan yang menakutkan tersebut, dunia dimana mereka hidup masih terluka parah akibat hantaman Hammer of Despair. Banyak yang tewas akibat kekacauan yang ditimbulkan karena kemarahan Einhasad, dan lebih banyak lagi akibat kekacauan pasca menghilangnya para giant. Semua ras di Bumi terus memohon pada dewa untuk keselamatan, namum ternyata para dewa sama sekali tidak memberikan jawaban.
Pertama, untuk menguasai keadaan, para elv sangat dibutuhkan, karena mereka yang bertanggung jawab untuk masalah politik selama era pemerintahan para giant. Para elv sukses menyatukan semua ras dan mencoba melanjutkan perannya untuk memimpin semua ras. Namum seiring waktu berjalan, diketahui kalau elv tidak memiliki kemampuan memerintah yang sama seperti giant. Dan ras pertama yang mencoba melawan pemerintahan elv adalah orc. Para orc merasa bahwa bangsa elv terlalu lemah untuk memerintah orc yang lebih kuat dari mereka.
Kekuatan militer orc tiada tandingannya, dan karena terbiasa hidup damai, para elv bukan tandingan pasukan orc. Dengan cepat sebagian besar Bumi dikuasai orc, dan para elv terus terdesak sampai ujung benua. Di sana para elv mencoba meminta bantuan dwarve, yang memiliki senjata superior dan tentu bisa menandingi orc. Namum para dwarve dengan tegas menolak, karena di mata mereka saat ini dunia menjadi milik ras terkuat, dan tidak ada alasan bagi dwarve bergabung dengan ras yang lebih lemah.
Demikian juga ketika elv memutuskan meminta bantuan ras arteia, para pengendara angin tersebut juga tetap dengan pendiriannya, tidak mau ikut campur dalam urusan politik perang di Bumi. Para elv putus asa karena tidak ada ras yang mau membantunya.

Chapter 9: A New Alliance
Dikecewakan oleh dwarve yang pragmatis dan arteia yang selalu bersikap netral, para elv makin kebingungan karena tidak mendapat dukungan untuk berperang melawan orc. Ditengah ratapan mereka menunggu nasib dihancurkan oleh orc, para elv dikejutkan dengan munculnya seorang asing di tengah mereka. Orang asing itu kemudian berlutut dihadapan raja Elv, yang kemudian berusaha memperhatikan penampilan orang asing tersebut, dan diketahui bahwa dia adalah perwakilan ras Human. Kemudian diketahui dari mahkota yang terbuat dari cabang pohon yang dikenakannya, orang asing tersebut tidak lain pemimpin para Human.
Setelah berbicara dengan raja Elv, raja Human menawarkan bantuan pada para Elv dalam menghadapi Orc. Mereka sadar bahwa Human terlalu lemah, bahkan gigi atau kuku Human sama sekali tidak bisa melukai kulit keras Orc, namum raja Human menawarkan kesetiaan dan rela berkorban bagi Elv seandainya mereka diterima menjadi sekutu. Raja Elv pun menerima tawaran dari Human.
Akan tetapi tawaran Human tidak cuma-cuma. Raja Human ternyata mengajukan satu syarat. Untuk bisa optimal membantu Elv selama berperang melawan Orc, mereka meminta agar diajari seni menggunakan magic.
Apa yang dilakukan raja Human mengejutkan semua Elv, dan mereka semua menolak permintaan Human yang ingin diajari magic. Namum ternyata raja Elv, Veora, tidak keberatan dengan permintaan Human. Dia merasa itu bukan ancaman sama sekali, dan menghormati permintaan Human. Human terlalu lemah, dan banyak yang sangsi mereka bisa mengalahkan Orc tanpa bantuan. Dan dengan kecerdasan Human yang tidak lebih dari elv, Human sama sekali bukan ancaman meskipun bisa menggunakan magic. Mempertimbangkan hal itu, Veora menyetujui permintaan Human. Sebuah keputusan yang nanti dibayar dengan hidupnya sendiri.
Diluar dugaan Human dengan cepat menguasai magic. Tubuh Human, meskipun tidak sekuat Orc, tetap memiliki daya tahan tinggi setelah melalui banyak pekerjaan berat yang selama ini dibebankan pada mereka. Dengan cepat beradaptasi dan mudah menggunakan senjata selain itu, jumlah Human paling banyak diantara ras lainnya. Dalam waktu singkat, pasukan Human menjadi kekuatan yang hebat.

Chapter 10: An Ally Turns Foe
Persekutuan Human-Elf lambat laun mampu menghadapi setiap serangan Orc. Seiring dengan keadaan kekuatan politik yang kembali beralih karena munculnya persekutuan tersebut, ras dwarve pun memalingkan diri dari Orc dan memihak Human. Mereka memberikan banyak cadangan perang kepada Human. Dengan armor dan senjata dari dwarve yang terkenal kuat dan tajam,bahkan Human mampu mengalahkan pasukan Orc tanpa bantuan pasukan Elf.
Elf menjadi gelisah, meskipun gabungan kekuatan mereka terus membesar, namum mereka jelas merasakan bahwa Human menjadi kuat dan lebih kuat lagi, bahkan mereka sendiri tidak bisa mengendalikannya. Namum ternyata elf tidak begitu menganggap penting rasa gelisah mereka, karena sampai saat itu elf tetap menganggap human sebagai ras paling rendah, dan tidak mungkin merubah keadaan mereka. Makin mendekati kemenangan melawan orc elv tidak punya waktu untuk terus merasa kuatir pada Human. Human terus mempelajari magic, bahkan sampai ke tingkat tinggi, dan akhirnya berhasil memenangkan peperangan tersebut. Para orc kemudian dipaksa untuk menandatangani persetujuan damai dan harus menarik mundur pasukannya sampai ke bagian Utara Elmore.
Setelah kemenangan tersebut, ternyata apa yang dikatakan raja Orc benar, kini elv menghadapi musuh baru, 'monster' yang mereka ciptakan, yaitu human. Namum setelah peperangan panjang tersebut, para elv terlalu lelah dan lemah untuk bertarung. Kontras dengan itu, human dengan kekuatan magic baru mereka, justru makin menguat. Akibatnya, human mengangkat senjata dan melawan elv.
Terlambat, akhirnya peperangan human vs elf terjadi. Namum elv terlalu lemah untuk melawan kekuatan human. Pasukan elv terus terdorong sampai mereka dipaksa melarikan diri ke Elven Wood. Elv merasa beruntung bisa masuk ke dalam hutan, karena magic mereka menjadi lebih kuat di sana.
Kemenangan tetap jatuh ke tangan human. Dalam perang selama tiga bulan tersebut, meskipun elv memiliki kebanggaan akan kekuatan magic mereka, atau bahkan kekuatan magic Elven Wood, tidak ada yang bisa menandingi pasukan human yang terus menyerang tanpa henti dan tiada habisnya.
Para elv mengalami kekalahan total dan melarikan diri ke dalam hutan. Selama pelariannya, mereka masih sempat mengeluarkan barrier pelindung di sekitar hutan untuk mencegah siapa pun masuk ke wilayah mereka. Setelah kemenangan itu, akhirnya human menjadi penguasa seluruh daratan Bumi.

Chapter 11: Return to the Campfire II
Kembali pada penyair, dia mengengadahkan kepalanya dan melihat ke langit, menandakan bahwa dia telah menyelesaikan dongeng yang sama sekali asing di telinga para pengelana.
Cerita sang penyair benar-benar berbeda dari dongeng dunia yang mereka kenal, meskipun terasa sangat familiar. Bahkan karena cerita itu begitu menyentuh, sampai salah satu elf cantik yang menjadi anggota rombongan pengelana tersebut duduk terdiam, sambil berlinang air mata merasa terharu mendengar bagaimana di masa lalu, saudara-saudaranya harus menanggung derita seperti yang dikatakan sang penyair.
Malam semakin larut mengiringi dongeng penyair, dan kini yang tersisa hanya kesunyian alam. Rintihan hewan liar pun tidak terdengar. Atmosfer makin mendukung, angin berhenti bertiup, suara desir daun yang sebelumnya menyayat telinga juga berhenti. Bahkan suara aliran air di sungai di sebelah perkemahan para pengelana juga tidak terdengar lagi. Semuanya membisu. Hanya desahan nafas dan gemercik kayu terbakar di tengah perkemahan yang menguasai malam. Seakan-akan semua bagian alam di sekeliling kemah para pengelana tersebut menghentikan nafasnya, dan mendekat ke perkemahan untuk lebih jelas mendengar cerita sang penyair.
Sepertinya tahu kalau penyair masih memiliki dongenh lainnya, para pengelana makin merapatkan tubuhnya ke orang asing berkerudung tersebut. Dan benar, setelah beberapa kali terbatuk untuk mengusir kekeringan di tenggorokannya, sang penyair melanjutkan ceritanya.
Jadi, sungguh ironis bahwa makhluk paling rendah seperti manusia, mampu bangkit dan memperoleh kekuasaan mutlak atas seluruh penjuru daratan. Namum itu adalah hasil dari kemauan manusia, bahkan para dewa sendiri pun tidak bisa membayangkan manusia bisa menguasai bumi, begitu kata sang penyair, ketika dia memulai ceritanya.
Dia pun melanjutkan dengan kisah kerajaan manusia paling hebat di muka bumi, dan itu adalah cerita mengenai manusia yang memilih untuk melangkah pada jalan sama seperti para giant.

Chapter 12: History Rewritten
Selama peperangan panjang melawan orc dan elv, human mulai membentuk kerajaan-kerajaan baru di tengah mereka, meskipun masih terlihat primitif. Kelompok pusat dari para human terdiri dari clan Athena dan human yang ahli dalam menggunakan magic. Mereka melindungi anggotanya dnegan kekuatan, menjaga peraturan dengan ancaman, serta terkadang menjadi terlibat dalam peperangan, baik berskala kecil atau besar.
Peraturan dengan cepat diputuskan ketika pemimpin Athena, Shuniman, menyatukan daerah yang saat ini dikenal sebagai Aden dan Elmore. Dia menyebut kerajaannya dengan Elmoreden, dan mengangkat dirinya sebagai kaisar. Menegaskan bahwa dia menjadi penguasa tertinggi, Shuniman mengenakan mahkota dari cabang pohon, sama seperti yang dikenakan nenek moyangnya, raja human yang saat itu berhasil membujuk raja elf untuk mengajari mereka magic. Bahkan Shuniman juga dianggap memiliki kedudukan yang sama dengan dewa-dewa dalam pandangan pengikutnya.
Emperor Shuniman kuatir akan batasan hidup yang dimiliki manusia. Sudah menjadi fakta, bahwa Gran Kain, dewa kematian dan kehancuran yang menjadi pencipta mereka, dan hanya memberi human status dan kemampuan yang jauh lebih inferior dibanding ras lain. Ditambah lagi, adanya cerita bahwa mereka diciptakan dari sisa-sisa ras lain, makin menambah malu penguasa baru bumi tersebut. Untuk kerajaan baru tersebut, mereka membutuhkan dongeng baru; sebuah sejarah baru yang menunjukkan bahwa mereka termasuk salah satu ras yang terhormat, yang suatu saat nanti akan terus dikenang.
Pada akhirnya, setelah melalui gerakan pembaharuan religius besar-besaran, Shuniman berhasil membangun kepercayaan baru yang mana menyebutkan bahwa Einhasad adalah dewi para human, bukan Gran Kain. Legenda dan sejarah telah berubah, dan mereka yang mempelajari black magic, serta para pengikut Gran Kain banyak yang ditawan dan disiksa.
Pembaharuan religius tersebut terus berlanjut sampai terjadi beberapa kali peralihan generasi, dan akhirnya manusia percaya bahwa memang benar Einhasad-lah, dewi yang baik, dewa yang menciptakan mereka, dan Gran Kain menjadi cukup dipercaya sebagai dewa yang jahat. Ketika mengetahui hal itu, Gran Kain hanya tertawa saja dan menerima penghinaan para human. Dia hanya berkata, bahwa manusia tidak akan semudah itu berkuasa atas seluruh daratan bumi, atau bahkan menguasai langit.


Chapter 13: Elmoreden and Perios
Ketika Emperor Shuniman dan kerajaannya, Elmoreden terus tumbuh dan makmur, daerah Gracia yang berada di seberang lautan masih dilanda kekacauan. Penampilan geografis Gracia yang bervariasi dan cukup berbahaya, didukung dengan banyak kelompok manusia yang bertarung untuk meraih kendali tunggal, mengakibatkan tidak ada satupun kekuatan yang mampu menyatukannya menjadi satu pemerintahan. Karena itulah Gracia kebanyakan kelompok tersebut hanya menguasai bagian kecil daratan saja, mengklaim menjadi miliknya, sambil terus berperang melawan kelompok lain untuk mengejar dominasi seluruh Gracia.
Hari dimana pasukan kuat Elmoreden menginjakkan kakinya di Gracia. Mereka datang melalui laut di bagian barat. Tidak ada pilihan bagi seluruh penghuni Gracia selain menyatukan kekuatan dan merapatkan pertahanan dalam menghadapi Elmoreden. Banyak diantara para penguasa daratan Gracia dan para bangsawan yang tewas terbunuh dalam penyerangan tersebut. Para bangsawan yang selamat, merasa terus terdesak, justru bertambah kuat. Pada akhirnya, invasi Elmoreden berhasil dipukul mundur. Para bangsawan tersebut kemudian mulai membentuk dasar untuk membentuk kerajaan dengan mempersatukan seluruh kelompok kecil di Gracia. Kerajaan tersebut kemudian disebut dengan Perios.
Sesudah itu, Perios dan Elmoreden mulai terkunci dengan perebutan dominasi, dan masing-masing saling mempertahankan wilayah kekuasaannya. Elmoreden, yang pertama kali mendirikan kerajaan dan didukung kekuatan militer besar, lebih superior dibanding Perios. Namum Perios sendiri memiliki keuntungan. Pertama, lautan yang memisahkan kedua kerajaan tersebut menghambat langkah Elmoreden untuk menyerang. Selain itu, juga lebih penting, penduduk Perios memiliki barang peninggalan para giant yang bisa mereka gunakan sebagai senjata.
Meskipun berbekal kekuatan yang berlimpah, namum pada akhirnya kekuatan militer Elmoreden tidak mampu menguasai Perios.

Chapter 14: Baleth and the Ivory Tower
Kingdom of Elmoreden juga terkenal dengan adanya Ivory Tower, sebuah menara yang menjadi pusat lembaga penelitian magic. Para mage yang dipekerjakan di dalam Ivory Tower bekerja keras untuk menemukan kembali, mempelajari, dan mengembangkan magic yang telah eksis sejak era kuno para giant. Kekuatan magic para giant terkenal kuat dan pada suatu saat pengaruh mereka dalam kerajaan tersebut bisa disetarakan dengan kaisar Elmoreden.
Diantara banyak mage yang hidup di Ivory Tower adalah Baleth, mage terkuat dan juga dianggap sebagai mage jenius yang pernah hidup di muka bumi. Dia menjadi terobsesi akan magic yang dulu dikuasai para giant, dan berhasil mendapatkan hampir semua kekuatan para giant. Akan tetapi kekuatan para giant merupakan kekuatan kutukan yang tidak cocok dipelajari human. Namum Baleth berhasil menguasainya, dan bibit ambisi mulai muncul, dia haus akan kekuasaan. Merasa bahwa kehadiran Baleth bisa membahayakan seluruh kerajaan, prajurit dan mage dari Ivory Tower menggabungkan seluruh kekuatan untuk mengusir Baleth. Namum Baleth memiliki kekuatan yang sangat besar dan ahli dalam dark art magic.
Akhirnya para mage Ivory Tower menggunakan black magic terlarang, yang berhasil melampaui kekuatan Baleth, dan akhirnya bisa mengunci penyihir tersebut di dalam dungeon di bawah menara. Walaupun begitu, meskipun para knight dan mage menjaga segel dimana Baleth dikurung, Baleth berhasil menghancurkan segel yang mengurungnya dan melarikan diri. Dia kemudian pergi ke Hellbound Island untuk memulihkan kekuatannya dan melanjutkan ambisinya untuk menguasai seluruh daratan.
Meskipun Baleth telah pergi, namum efek black magic yang digunakan untuk menyegel Baleth menimbulkan efek negatif lainnya. Bagian selatan dari daerah Elmoreden yang saat ini dikenal dengan Gludio, menjadi daerah tandus karena black magic tersebut, dan banyak human yang terbunuh sia-sia ketika black magic dikeluarkan. Pihak kerajaan melemparkan kesalahan pada Baleth, dan menyebarkan isu bahwa Baleth itu jahat.

Chapter 15: Elven Discord
Pasca insiden black magic yang melibatkan Baleth tersebut, sebuah perubahan drastis terjadi di sekitar Elf wood. Setelah kehilangan kekuasaan benua pada human, elf lambat laun kehilangan rasa percaya diri mereka. Memilih untuk melupakan ambisi untuk menguasai seluruh daratan, dan cukup menjadi bagian dari kehidupan damai yang saat ini mereka jalani di dalam hutan.
Saat itu terdapat satu kelompok elf yang disebut Brown Elf, yang merasa tidak puas dengan keputusan elf untuk hidup mengasingkan diri. Dikuasai ambisi yang kuat, mereka terus menuntut agar peperangan dengan manusia terus dilanjutkan meskipun jika itu mengharuskan mereka untuk menggunakan black magic yang terlarang. Akan tetapi permintaan para Brown Elf tersebut ditentang oleh elf lainnya.
Pada waktu itu, seorang magician human muncul di tengah-tengah Brown Elf dan mendekati pemimpin mereka. Human itu menawarkan kekuatan pada King of the Brown Elf. Dia juga mengatakan bahwa Tree Elf dan kelompok elf lainnya takut jika Brown Elf mendapatkan kekuatan yang besar, kuatir jika Brown Elf justru akan menyerang elf lain, atau malah mendatangkan gangguan yang lebih besar dengan memancing datangnya human. Pikiran takutlah yang menyebabkan para elf menjadi lemah. Begitu kata human tersebut.
Pemimpin Brown Elf menanggapi perkataan human itu, dan akhirnya diketahui human tersebut bernama Dasparion. Dia menyebut dirinya sebagai human biasa, namum memiliki kekuatan yang diinginkan para Brown Elf. Dia berjanji membantu Brown Elf mencapai ambisinya, dan sebagai gantinya, Brown Elf harus memberikan apa yang diinginkan Dasparion.
Apa yang diinginkan Dasparion adalah kemampuan elf untuk hidup panjang, atau rahasia untuk hidup abadi. Tergoda dengan kekuatan black magic yang dimiliki Dasparion, Brown Elf menerima tawaran tersebut. Para Brown Elf mendapatkan pengetahuan mengenai black magic dari Dasparion. dan sebagai ganti dia mendapatkan rahasia hidup abadi dan langsung meninggalkan hutan dengan puas.
Mengetahui kejadian tersebut, para elf langsung mengusir Brown Elf, yang memutuskan untuk meninggalkan Einhasad dan menjadi pengikut Gran Kain (dengan belajar black magic). Pertarungan tak terhindarkan antara semua elf. Brown Elf, yang bertindak sesuai rencana Dasparion, mencoba menggunakan magic mematikan untuk memusnahkan Tree Elf. Namum Tree Elf, dengan nafas terakhir mereka, memberikan kutukan pada Brown Elven dan mereka akhirnya menjadi ras kegelapan. Pada akhirnya, Brown Elf saat ini dikenal sebagai Dark Elf.

Chapter 16: End of a Golden Age
Selama pemerintahan Emperor Baium, menjadi era keemasan Elmoreden berlangsung sampai ribuan tahun. Dengan karisma yang hebat dan kemampuan kepemimpinan yang tinggi, Baium berhasil membentuk pasukan terkuat dalam sejarah kerajaan Elmoreden. Pasukan tersebut terdiri dari kumpulan orc, yang dianggap sangat berpengaruh di bagian utara Elmore, yaitu black wood, yang nantinya lebih dikenal dengan Orc Kingdom. Selain itu, pasukan Baium juga terus-menerus menyerang kerajaan Perios , dan akhirnya berhasil menguasai bagian selatan Gracia.
Merasa jemu terus melakukan penyerangan, Baium yang mulai kehilangan ambisi untuk menguasai daerah lainnya, menggunakan pasukan kerajaannya untuk mulai membangun menara besar yang tinggi menjulang sampai ke awan.
Baium memang merasa bahwa namanya begitu ditakuti di seluruh penjuru benua, ribuan nyawa bisa selamat atau justru terbunuh hanya dengan gerakan tangannya, kekuatannya adalah mutlak. Namum dia juga sadar bahwa kekuatan mutlak yang dimiliki tidak akan bertahan selamanya, hanya beberapa dekade saja. Karena itulah dia mulai berpikir untuk mendapatkan hidup abadi dari dewa dan memerintah kerajaan selamanya!
Menara yang dibangun Baium membutuhkan waktu pengerjaannya sampai 30 tahun. Dia ingin menggunakan menara tersebut untuk mencapai tempat kediaman para dewa dan mendapatkan rahasia hidup abadi. Ketika dia mendaki menara tersebut, para dewa memberi respon positif, namum juga termasuk hukuman bagi Baium.
Dewa yang menganggap Baium tidak pernah belajar dari musibah yang dialami para giant, memang memberi Baium kemampuan untuk hidup abadi, namum dewa juga mengunci Baium di puncak menara tersebut, sehingga dia akan terus terperangkap di sana, karena hidup abadi yang diberikan dewa.
Setelah sang kaisar yang secara misterius menghilang, kompetisi sengit tejadi diantara anggota keluarga kerajaan, dan mereka semua berusaha menguasai tahta yang ditinggalkan Baium. Banyak bangsawan yang ikut ambil bagian dan berusaha mengklaim tahta tersebut, dan itu membuat seluruh bagian kerajaan Elmoreden terperangkap dalam sebuah konflik dalam negeri yang berkepanjangan.
Biaya dan semua keperluan tenaga kerja yang digunakan selama pembangunan menara juga mulai membuat keuangan kerajaan melemah. Ditambah dengan konflik perebutan kursi tahta yang kosong makin memparah keadaan kerajaan. Kejayaan kerajaan Elmoreden, yang sebelum dianggap paling kuat di seluruh daratan selama ribuan tahun, lambat-laun mulai runtuh. Hanya dalam waktu tak kurang dari 20 tahun, kerajaan tersebut sudah masuk keadaan yang sangat kacau.

Chapter 17: Return to the Campfire III
Cerita seharga makanan dan kehangatan api unggun tersebut mulai mengarah ke keadaan yang tidak menyenangkan. Para pengelana, meskipun sama sekali tidak mengenal siapa penyair ini, apakah yang diceritakannya itu kenyataan, dan kenapa dia sengaja menceritakan sejarah tersebut pada mereka. Namum layaknya tawanan dari sang penyair, mereka tidak bisa menjauh atau mengalihkan pandangannya dari penyair, seakan-akan sebuah kekuatan tak terlihat memaksa mereka untuk terus duduk mendengar cerita berlanjut.
Penyair itu sejenak menghentikan ceritanya, mengumpulkan ranting di sekitar kakinya dan melemparkannya ke dalam nyala api yang mulai memudar. Lidah api yang hampir pudar tersebut langsung tersulut, layaknya mendapatkan kekuatan baru untuk menghangatkan malam. Tanpa memperhatikan pengelana yang masih tetap duduk terdiam, sang penyair mulai melanjutkan ceritanya.
Dia berkata, bahwa ceritanya hampir usai, dan apa yang akan dia ceritakan selanjutnya merupakan cerita yang pasti akan familiar bagi para pengelana, mengenai perebutan kekuatan yang terjadi diantara human, yang terus berlanjut sampai saat ini, Itu adalah cerita mengenai bumi setelah kejatuhan kerajaan Elmoreden.

Chapter 18: Battle for the Continent
Dengan runtuhnya Elmoreden, itu juga membuat kerajaan Perios melemah, karena tidak ada yang bisa menghentikan wabah penyakit yang menyerang daerah Gracia sampai ke selatan, atau hawa dingin yang menyapu dari utara. Seperti Elmoreden, Perios juga ikut musnah, dan hanya menyisakan sejarah. Setelah kejatuhan 2 kerajaan besar tersebut, hampir di seluruh daratan terjadi kekacauan, dan era kegelapan tersebut juga menjadi kenangan akibat dari Great Plague, wabah penyakit yang menghancurkan Perios. Selanjutnya para bangsawan human saling bertarung untuk mendapatkan supremasi dan bahkan beberapa dari mereka menukar tanah kekuasaan human pada ras lain untuk mendapatkan dukungan kekuatan militer. Para orc melihat itu sebagai sebuah kesempatan untuk mendapatkan kembali kedudukan mereka. Mereka mulai mengatur pasukan, dan kemudian langsung berperang untuk menguasai benua human dan seluruh daratan. Pasukan mereka cukup kuat, sehingga dengan cepat menguasai bagian utara Elmore, namum ada persaingan antara noble orc dan lowly orc juga membuat kekuatan mereka melemah.
Di tengah-tengah konflik antara human dan orc tersebut, para elf tidak bisa melakukan apa-apa, kecuali terus bertarung untuk mempertahankan diri dari ancaman Dark Elf. Sedangkan para dwarf sendiri juga tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan orc, yang dengan mudah membuat mereka tidak berdaya.
Selama kekacauan di bumi berlangsung, sebuah golongan human yang cukup dominan muncul, dan mereka dikenal sebagai kerajaan Elmore. Mereka mengakui diri sebagai penerus kaisar Elmoreden, entah itu benar atau hanya cerita yang dibuat-buat, namum kebanyakan human menerimanya, karena mereka dianggap memiliki kekuatan selain hanya pengakuan sebagai penerus Elmoreden.
Pasukan Elmore beberapa kali melakukan pertarungan dengan pasukan orc. Perang tersebut berlangsung sampai beberapa tahun, dan memakan banyak korban pada kedua belah pihak. Baik human atau orc sebenarnya seimbang, meskipun pasukan human lebih besar dibandingkan orc, namum kekuatan besar yang dimiliki pasukan orc membuat ketimpangan jumlah pasukan itu menyeimbangkan keduanya. Pada akhirnya, meskipun kuat, para orc harus rela menerima kekalahan, dan mereka terdesak sampai ke tanah kelahiran mereka sambil menyusun skenario pembalasan dendam. Sedangkan dwarf, yang tersisa hanya sedikit, selama perang mereka terbuang dari benua human dan akhirnya mengasingkan diri di kediaman Spine Mountain.
Dengan sisa pasukannya, pasukan Elmore berhasil mendapat kendali di semua bagian utara benua, dan mereka melanjutkan perjalanan ke bagian selatan untuk menyatukan seluruh bagian benua di bawah bendera Elmore. Namum ternyata usaha penyatuan itu tidak berjalan mudah. Oren, kerajaan human terkuat yang berkuasa di daerah selatan, berusaha menahan laju pasukan Elmore dengan para ahli magic dan prajurit mereka yang kuat, dan Elmore pun tidak mampu menandingi pasukan dari Oren tersebut.
Oren yang ternyata membawahi beberapa kerajaan di selatan mulai merapatkan pertahanannya, dan mereka bergabung membentuk kerajaan baru. Kerajaan baru ini berusaha memelihara keseimbangan diantara kerajaan lain yang tergabung di dalamnya, sehingga mereka bisa cepat berkembang, kuat, dan makmur.

Chapter 19: The Rise of Two Kingdom
Banyak peperangan terjadi sampai beberapa generasi, dan di tengah kekacauan tersebut, Gracia menjadi yang pertama mengangkat filsafat persatuan. Seorang pria bernama Paris, dengan keberanian dan kekuatannya memberikan kebanggaan pada para pengikutnya, memenangkan banyak peperangan dan menuntut daratan yang ia menangkan sebagai Beheim, daratan baru yang menjadi areal kekuasaan Paris.
Paris mencapai kesuksesan besar ketika dia dan pasukannya menghadapi para petarung highlander dari Quaser. Dalam sebuah pertarungan melawan Tor, petarung terkuat Quaser, Paris berhasil menusukkan pedangnya sampai membuat Tor terluka parah. Sebelumnya Tor tidak pernah kalah bertarung, dan menurut legenda siapa pun yang berhasil melukai Tor, dia bukanlah manusia.
Berdiri di sebelah musuhnya yang tidak berdaya, Paris memandang ke arah medan peperangan dan meneriakkan apa yang menjadi keinginannya selama ini, yaitu menyatukan semua pejuang dari Utara, agar mereka bisa menghadapi semua pasukan lain yang ingin menantang.
Dengan demikian, Paris menjadi pemimpin White Hwak Knights, para Wind Knights, serta yang baru bergabung, para highlander Quaser, untuk menyatukan seluruh Gracia dan memperoleh banyak kemenangan. Dengan cepat daerah kekuasaan Beheim meluas, menjadi 5 kali lebih besar dari sebelumnya (termasuk daerah Gracia), sedangkan Paris pun memutuskan untuk naik tahta dan menjadi penguasa.
Sementara itu, daratan selatan, tepatnya Aden juga tidak kalah ramai dan terus mengikuti kabar berita pergolakan yang terjadi di Gracia dan Elmore. Seorang pemimpin kharismatik bernama Raoul muncul, dan dia memimpin kampanye sendiri untuk menghimpun kekuatan di bawah benderanya. Sebagai ahli pidato yang handal, Raoul tidak akan melunakkan siapa pun yang menentangnya dengan kekerasan senjata, namum lebih memilih menggunakan kata-kata.
Dia selalu memberitakan apa yang terjadi di perbatasan, dan musuh yang mungkin akan menyerang. Mulai dari kerajaan Elmore yang mengincar kekayaan alam dan daratan selatan. Dan jika Gracia juga memutuskan untuk meluaskan kekuasaannya, maka satu-satunya harapan adalah menyatukan kekuatan dalam satu kekuatan dan bersiap untuk perang.
Raoul terus menggunakan kalimat bujukan untuk menyatukan seluruh bangsa selatan. Namum karena penduduk Aden merasa bahwa ancaman Elmore tidak begitu besar seperti yang dikatakan Raoul, Elmore terlalu sibuk menangani pemberontakan orc daripada mengalihkan pandangan ke Aden.
Walaupun demikian, dengan gabungan pasukan yang tidak begitu besar dari pengikut setianya, Innadril, Raoul mendirikan kerajaan Aden. Tidak seperti Paris yang menyerukan persatuan, Raoul lebih memilih perang dan pertumpahan darah, sehingga dia dengan mudah meluaskan kekuasaan ke barat dan mendapatkan Giran dan Dion.
Baru ketika dia mencapai Oren, Raoul menemukan pihak pertama yang menentang rencananya. Oren mengakui bahwa merekalah yang menjadi pemimpin dari daratan selatan dan tidak mengakui adanya pemimpin lain selain dirinya. Pada akhirnya kedua kerajaan tersebut berperang, namum Aden dengan mudah menggapai kemenangan. Kerajaan terakhir di selatan, Gludio, melihat kekuatan pasukan Aden, memilih untuk menjadi sekutu Aden, dan itu menyelesaikan kampanye penyatuan seluruh daratan selatan oleh Aden. Setelah itu, Raoul dikenal sebagai Unification King.

Chapter 20: The Heirs to the Land
Tidak lama setelah penyatuan yang dilakukan Aden, Gracia mulai merapatkan barisannya ketika daerah terakhir yang menjadi kekuasannya , Hwuh, jatuh ke tangan Paris. Paris pun memindahkan ibukotanya ke Arpenino, dan mengatur struktur kerajaannya.
Aden membuktikan diri sebagai kerajaan baru yang kuat, dan terbukti mampu mempertahankan diri dari serangan Elmore. Akan tetapi, lembaran baru tercatat dalam sejarah Aden ketika sebuah tragedi menimpa Aden dengan kematian Raoul. Merasa sudah waktunya mereka menyerang, Elmore segera bergerak ke daerah utara Aden. Untungnya penerus Raoul, Trabis mengatasi para penyerbu, namum tak lama kemudian dia meninggal karena penyakit misterius. Penerus tahta Aden selanjutnya adalah seorang pemuda berusia 16 tahun bernama Amadeo.
Setelah mendengar berita siapa penerus tahta Aden, Paris meremehkan Amadeo yang dianggap masih hijau untuk memerintah kerajaan sebesar Aden. Namum anggapan Paris salah, apalagi meremehkan seorang bocah 16 tahun, karena Amadeo ternyata berhasil mempertahankan Aden dari setiap serangan Elmore.
Meskipun semua penasehatnya sudah memperingatkan Paris agar tidak terlalu gegabah dan menyerang Aden, namum Paris tidak memperhatikan nasehat tersebut dan terus menggerakkan pasukannya ke Aden. Paris melakukan serangan besar-besaran kepada Aden melalui laut, dan itu menjadi sumber malapetaka bagi Paris.
Asteir, raja Elmore, ternyata menggabungkan kekuatan dengan Aden, kerajaan yang juga menjadi musuh ayahnya di masa lalu. Paris tidak menyangka itu akan terjadi justru menghina Asteir, bahwa dia tidak tahu malu telah menjadi sekutu musuh ayahnya. Asteir sendiri hanya menanggapinya dengan enteng, bahwa musuhnya saat ini adalah Beheim dan Paris.
Peperangan yang berlangsung di daerah Giran tersebut menjadi titik tolak dari setiap peperangan yang telah dilakukan Paris. Prajurit Gracia kalah dan mereka ditarik mundur ke daerahnya sendiri. Kegagalan invasi Aden meninggalkan luka mendalam pada diri Paris, karena kebanggannya sebagai pemimpin yang tidak pernah kalah harus diinjak oleh seorang bocah berusia 16 tahun. Pada akhirnya dia sakit parah dan meninggal tak lama kemudian.
Penerus Gracia adalah seorang pria bernama Carnaria, yang sepertinya banyak yang merasa tidak cocok jika Carnaria yang menjadi penguasa. Dari pihak oposisi, Cucarus menentang Carnaria, dan mengklaim bahwa tahta itu seharusnya menjadi miliknya. Didukung oleh penasehat kepercayaan Paris, Dillios. Cucarus dengan cepat mendapat kepercayaan penduduk Gracia. Pertentangan tersebut menghasilkan perpecahan di tubuh Gracia, dan kerajaan dipecah menjadi 2 bagian, Utara dan Selatan. Keduanya bermusuhan dan terus bertikai.
Perpecahan Gracia tersebut merupaka berita terbaik yang diterima Amadeo, dan dia memanfaatkan perpecahan Gracia untuk memperkuat Aden. Berkat upayanya, Aden, Elmore, dan Gracia akhirnya memasuki masa damai, dengan menandatangani perjanjian damai sebagai saksi buta.

Epilogue
Ketika sang penyair menyelesaikan ceritanya, terlihat di horizon sinar matahari mulai mengintip di balik langit malam. Malam yang harusnya panjang, namum diiringi dongeng dunia dari sang penyair terasa cepat berakhir. Tidak ada yang tersisa dari perapian kecuali nyala kecil yang segera memudar, dan abu yang menjadi sisanya.
Penyair menyuarakan pesan terakhir, dia berkata, memang cerita dunia yang dia ketahui berakhir sampai pada masa damai Aden, Elmore, dan Gracia, namum seiring waktu berjalan, tidak ada yang tahu apakah cerita tersebut akan berlanjut. Tidak ada yang tahu, apakah semua pengelana yang saat itu mendengar cerita sang penyair, namanya akan tercatat dalam buku kehidupan dan mengubah sejarah, sehingga suatu saat nanti akan diceritakan kepada pengelana-pengelana lainnya.
Seiring mentari pagi menyapa, para pengelana pun tersadar dari mimpinya. Mimpi seakan mereka masuk menjadi bagian cerita sang penyair. Salah satu diantaranya mencoba bertanya, siapa sebenarnya penyair tersebut, sampai mengetahui kenyataan sejarah, dan kenapa mau menceritakannya kepada mereka.
Pria berkerudung itu hanya terdiam, dan perlahan dia bangkit dari tempat duduknya, perlahan tapi pasti dia berdiri. Mengejutkan! Waktu duduk dia terlihat kecil, dan sekarang saat berdiri, tubuhnya menjulang tinggi, dia seorang giant! Tingginya mencapai 6 meter, bayangan tubuhnya menutupi semua pengelana. Perlahan tubuhnya mulai menghilang, dan seperti pasir saja, langsung tak terlihat begitu angin berhembus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar